Sebuah kisah tentang
seorang lelaki tua yang konon memiliki kemampuan linuwih,sakti mandraguna,beliau
dikenal dengan nama Mbah Jamar. Konon mbah jamar ini adalah pelarian dari
mataram yang akhirnya hidup menetap didesa Kebanaran,Mandiraja-Banjarnegara.
Kami sempat
bertandang ketempat 2 sesepuh desa kebanaran yang notabenya masih terhitung
cucu dari mbah jamar itu sendiri, yang pertama adalah mbah sultoni,mantan
pegawai penerangan. kakek yang sudah
memiliki banyak cucu ini bercerita bahwa mbah jamar ini adalah seorang prajurit
mataram yang ‘kelen’ dan menetap didesa kebanaran. Untuk alur silsilah keatas
tidak diketahui secara pasti, dikarenakan serat kekancing dan piandel tanda
mataram beliau bakar untuk dimusnahkan. Dikhawatirkan anak keturunannya akan
berlaku sombong dan dapat mendatangkan malapetaka bagi dirinya dan keluarga.
Hal itu dapat dipahami, peperangan elit politik mataram pada saat itu dan juga
perang antara mataram – VOC memakan begitu banyak korban, sehingga banyak
keluarga keraton Mataram maupun prajurit yang memilih bersembunyi dan bertempur
secara gerilya diwilayah-wilayah yang dianggap aman karena dilindungi oleh
keluarga penguassa pada wilayah tersebut. Ada beberapa keunikan Mbah Jamar yang
memang dianggap nyeleneh, Apabila beliau mandi tidak menggunakan Air, namun
menggunakan Api, ada seorang cantrik yang selalu setia mengabdi kepada Beliau.
Sesekali setiap kali beliau dimandikan, Ia selalu berpesan kepada Cantriknya
“sing sabar le, aja bosen-bosen le ngedusi aku. Ngemben nek aku mati, asline
aku namung turu, nek butuh apa-apa kuburku di godek-godek (dibangunkan) li aku
tangi” . Mbah sulthoni memberikan petunjuk apabila mau berziarah saya dapat
menemui bapak Sarengat Kunci Makam Babakan Kebanaran, karena Beliau adalah
orang yang sering kali membersihkan dan merawat makam tersebut.
Sesepuh Desa
kebanaran yang kedua adalah seorang Perempuan Tua yang hidup di Sebuah Gubuk
kecil dengan lantai tanah berdinding bambu, Beliau bernama Nyi Sa’diyah / mbah
Dyah yang sudah berusia sangat tua diatas 90tahun namun dengan lekuk Tubuh dan
perawakan segar dan tegap. Ada hal unik yang saya tangkap dari beliau, pada
saat saya mengetuk pintu sembari uluk salam beliau langsung menjawab dan
menyambut saya dengan hangat.
“niki Kulo Mbah….”
“iyaa…aku li apal
sriramu….”
“hahaha…..sinten kulo
mbah?” setengah merasa geli dantidak percaya dengan pernyataan simbah ini
“Sriramu kan putrane
mas Is…..”
“h h h h…..” dezigh!
seperti mendapatkan pukulan Palu godam dengan telak mendengar jawaban nenek
ini….. diusianya yang sudah amat tua namun dengan pendengaran dan penglihatan
yang masih tajam, apalagi mengingat kami terakhir bertemu sudah sekitar 15
tahun yang lalu…. Ucapannya yang halus langsung nunjleb dihati penuh dengan tanda Tanya.
“aku..tak shalat
dhuhur ndisit, sriramu pinarak riin…”
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
Dari mbah dyah saya
mendapatkan banyak cerita dan juga sejarah babad tentang negeri ini, walau
tinggal digubuk kecil dan hidup seadanya, siapa yang mengira dia adalah orang
yang terpelajar dizamannya, seorang perempuan bersekolah pada saat itu bukanlah
hal yang lazim, karena faktor ketidak mampuan biaya dan pola pikir yang masih
kuno. Namun pada saat itu mbah dyah sudah dapat mengenyam pendidikan yang cukup
tinggi. Beliau juga aktif sebagai aktifis Muhammadiyah. Walau banyak pula yang
mengatakan bahwa mbah dyah ini sedikit tidak waras namun banyak pertanyaan yang
beliau jawab dengan memuaskan, yang bahkan oleh guru-guru sejarah pun tidak
dapat mereka jawab. Namun jawaban beliau amat sesuai dengan
literature-literatur kitab-kitab kuno, babad kebumenan serta banyak bahan
pustaka yang saya baca.
banyaknya cerita yang
tiada henti terus membuat saya terpana, pertanyaan-pertanyaan yang saya
lontarkan dijawab dengan memuaskan; seperti tempat-tempat kuno yang tidak banyak
orang yang tahu, peninggalan-peninggalan bersejarah yang terbengkalai disitu
juga diceritakan tentang mbah Jamar. Beliau bercererita persis seperti yang
disampaikan oleh mbah Sulthoni,tentang mbah jamar.
Mbah Jamar selain
biasa mandi menggunakan Api yang membuat tubuhnya berkilau, beliau jg memiliki
kebiasaan apabila merasa dingin,beliau akan membakar ‘klari’ lalu ia gosok-gosakan api ketubuhnya. “ nek mboten ngaten
mboten roso”. Kalo merasa gatal beliau akan meminta diasahkan ‘gobed’ yang tajam untuk menggaruk tubuhnya , “ nek
mboten ngaten mboten roso”.
Mbah Jamar memiliki
seorang Putra yang bernama Asnawi atau disebut juga Lurah Su’aib.