Minggu, 11 Desember 2016

MBAH JAMAR AL MATARAM



Sebuah kisah tentang seorang lelaki tua yang konon memiliki kemampuan linuwih,sakti mandraguna,beliau dikenal dengan nama Mbah Jamar. Konon mbah jamar ini adalah pelarian dari mataram yang akhirnya hidup menetap didesa Kebanaran,Mandiraja-Banjarnegara.
Kami sempat bertandang ketempat 2 sesepuh desa kebanaran yang notabenya masih terhitung cucu dari mbah jamar itu sendiri, yang pertama adalah mbah sultoni,mantan pegawai penerangan.  kakek yang sudah memiliki banyak cucu ini bercerita bahwa mbah jamar ini adalah seorang prajurit mataram yang ‘kelen’ dan menetap didesa kebanaran. Untuk alur silsilah keatas tidak diketahui secara pasti, dikarenakan serat kekancing dan piandel tanda mataram beliau bakar untuk dimusnahkan. Dikhawatirkan anak keturunannya akan berlaku sombong dan dapat mendatangkan malapetaka bagi dirinya dan keluarga. Hal itu dapat dipahami, peperangan elit politik mataram pada saat itu dan juga perang antara mataram – VOC memakan begitu banyak korban, sehingga banyak keluarga keraton Mataram maupun prajurit yang memilih bersembunyi dan bertempur secara gerilya diwilayah-wilayah yang dianggap aman karena dilindungi oleh keluarga penguassa pada wilayah tersebut. Ada beberapa keunikan Mbah Jamar yang memang dianggap nyeleneh, Apabila beliau mandi tidak menggunakan Air, namun menggunakan Api, ada seorang cantrik yang selalu setia mengabdi kepada Beliau. Sesekali setiap kali beliau dimandikan, Ia selalu berpesan kepada Cantriknya “sing sabar le, aja bosen-bosen le ngedusi aku. Ngemben nek aku mati, asline aku namung turu, nek butuh apa-apa kuburku di godek-godek (dibangunkan) li aku tangi” . Mbah sulthoni memberikan petunjuk apabila mau berziarah saya dapat menemui bapak Sarengat Kunci Makam Babakan Kebanaran, karena Beliau adalah orang yang sering kali membersihkan dan merawat makam tersebut.
Sesepuh Desa kebanaran yang kedua adalah seorang Perempuan Tua yang hidup di Sebuah Gubuk kecil dengan lantai tanah berdinding bambu, Beliau bernama Nyi Sa’diyah / mbah Dyah yang sudah berusia sangat tua diatas 90tahun namun dengan lekuk Tubuh dan perawakan segar dan tegap. Ada hal unik yang saya tangkap dari beliau, pada saat saya mengetuk pintu sembari uluk salam beliau langsung menjawab dan menyambut saya dengan hangat.
“niki Kulo Mbah….”
“iyaa…aku li apal sriramu….”
“hahaha…..sinten kulo mbah?” setengah merasa geli dantidak percaya dengan pernyataan  simbah ini
“Sriramu kan putrane mas Is…..”
“h h h h…..” dezigh! seperti mendapatkan pukulan Palu godam dengan telak mendengar jawaban nenek ini….. diusianya yang sudah amat tua namun dengan pendengaran dan penglihatan yang masih tajam, apalagi mengingat kami terakhir bertemu sudah sekitar 15 tahun yang lalu…. Ucapannya yang halus langsung nunjleb dihati penuh dengan tanda Tanya.
“aku..tak shalat dhuhur ndisit, sriramu pinarak riin…”
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
Dari mbah dyah saya mendapatkan banyak cerita dan juga sejarah babad tentang negeri ini, walau tinggal digubuk kecil dan hidup seadanya, siapa yang mengira dia adalah orang yang terpelajar dizamannya, seorang perempuan bersekolah pada saat itu bukanlah hal yang lazim, karena faktor ketidak mampuan biaya dan pola pikir yang masih kuno. Namun pada saat itu mbah dyah sudah dapat mengenyam pendidikan yang cukup tinggi. Beliau juga aktif sebagai aktifis Muhammadiyah. Walau banyak pula yang mengatakan bahwa mbah dyah ini sedikit tidak waras namun banyak pertanyaan yang beliau jawab dengan memuaskan, yang bahkan oleh guru-guru sejarah pun tidak dapat mereka jawab. Namun jawaban beliau amat sesuai dengan literature-literatur kitab-kitab kuno, babad kebumenan serta banyak bahan pustaka yang saya baca.
banyaknya cerita yang tiada henti terus membuat saya terpana, pertanyaan-pertanyaan yang saya lontarkan dijawab dengan memuaskan;  seperti tempat-tempat kuno yang tidak banyak orang yang tahu, peninggalan-peninggalan bersejarah yang terbengkalai disitu juga diceritakan tentang mbah Jamar. Beliau bercererita persis seperti yang disampaikan oleh mbah Sulthoni,tentang mbah jamar.
Mbah Jamar selain biasa mandi menggunakan Api yang membuat tubuhnya berkilau, beliau jg memiliki kebiasaan apabila merasa dingin,beliau akan membakar ‘klari’ lalu ia gosok-gosakan api ketubuhnya. “ nek mboten ngaten mboten roso”. Kalo merasa gatal beliau akan meminta diasahkan ‘gobed’  yang tajam untuk menggaruk tubuhnya , “ nek mboten ngaten mboten roso”.
Mbah Jamar memiliki seorang Putra yang bernama Asnawi atau disebut juga Lurah Su’aib.